Tentang Syu’aib Musthofa
Syu’aib Musthofa (92) adalah salah satu penasihat Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Bantul, DIY. Syu’aib menyelesaikan Sekolah Rakyat (SR) Muhammadiyah di Krapyak pada tahun 1945. Perjumpaan dengan sekolah Muhammadiyah inilah yang kemudiaan menjadikannya mulai aktif di Muhammadiyah. Berlanjut pada jenjang di atasnya Syu’aib lulus SMP Walfajri tahun 1951 dan kemudian lulus Pendidikan Guru Agama (PGA) tahun 1954. Setelah lulus PGA Syuaib mulai mewujudkan cita-citanya menjadi seorang guru sembari studi lanjut di Ilmu Tarbiyah IAIN (sekarang UIN Suka) Yogyakarta.
Diumur 20 tahun, Syu’aib resmi masuk menjadi anggota Muhammadiyah tepatnya 1 Januari 1954.
Aktif di Organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1959 dan beliau ditunjuk untuk menjadi ketua Pemuda Muhammadiyah Bantul. Puncaknya adalah tahun 1965, beliau bersama Pemuda Muhammadiyah Bantul menyelenggarakan Apel Besar organisasi kepemudaan se-kabupaten Bantul. Hasilnya, kegiatan Pemuda Muhammadiyah semakin aktif dan jumlah aktivisnya semakin banyak.
Dari Pemuda Muhammadiyah, beliau kemudian diminta untuk masuk di Struktural PDM Bantul. Ada banyak hal yang ia upayakan dalam rangka menguatkan dakwah Persyarikatan. Beberapa di antaranya yaitu pembanguna masjid As-Syifa dan perluasan lahan pondok pesantren Muhammadiyah Bambanglipuro. Berkat penjelasannya yang ia sampaikan langsung ke bupati Bantul, akhirnya Muhammadiyah diberi tanah hibah seluas 980m2.
Selanjutnya adalah perjuangan mewujudkan gedung SD Muhammadiyah 01 Kota Bantul. Sekolah ini awalnya Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sering pindah-pindah karena belum memiliki gedung sendiri. Seijin Kepala Kantor Depag Bantul mempersilakan menggunakan gedung SMI untuk Sekolah Muhammadiyah 01 Kota Bantul . Hasil penelusuran beliau dan kawan-kawan, gedung tersebut berdiri di atas tanah milik Sultan (Sultan Ground). Perijinan atas pemanfatan tanah sultan tersebut segera diurus sehigga tanah dan gedung sampai skarang masih digunakan untuk menunjang KBM SD Muhammadiyah 01 Kota Bantul.
Selain itu, diserahkannya kepengurusan Balai Muslimin kepada Muhammadiyah Bantul. Balai Muslimin merupakan gedung dakwah yang dikolah oleh YAS (Yayasan Anak Soleh). Intinya gedung tersebut terbengkelai, sepi kegiatan. “Saya sebagai bagian dari pengurus YAS merasakan prihatin dengan keadaan tersebut,” ujar Syu’aib. Akhirnya pada tahun 1989, berdasarkan usulan Syu’aib, YAS menyerahkan kepengurusan Balai Muslimin kepada PDM Bantul.
Terakhir, adalah perjuangan mendirikan Gedung Dakwah PDM Bantul. Karena ada isu penggusuran kantor PDM dan Balai Muslimin untuk perluasan kantor kabupaten Bantul. Tak lama dan kebetulan ada orang yang hendak menjual tanah seluas 1945 m2. Kabar tersebut disampaikan oleh Mukarno dan istrinya (simpatisan Muhammadiyah) kepada Syu’aib. Sepasang suami istri ini mendukung agar tanah tersebut dibeli Muhammadiyah sekaligus menyerahkan uang kepada Muhammadiyah sebnayak 15 juta rupiah. “Saat itu saya bukan lagi pimpinan, jadi saya temukan keduanya dengan PDM,” cerita Syu’aib. Singkatnya tanah terbeli dengan harga 75 juta.
Sementara untuk pembangunanya, Syu’aib melobi bupati Bantul agar dirinya bisa dipertemukan langsung dengan Gubernur DIY Sri Sultan HB X. Setelah pertemuan tersebut, Muhammadiyah mendapat bantuan untuk pembangunan gedung dakwah sebesar 750 juta rupiah.
(sumber berita : https://suaramuhammadiyah.id/read/syu-aib-musthofa-perjuangan-menggembirakan-muhammadiyah-bantul)
Spirit Syu’aib Musthofa
73 tahun beliau sudah malang melintang menggerakkan Muhammadiyah sejak dari pemuda dan terakhir menjadi penasehat, sesepuh Muhammadiyah di Bantul Yogyakarta.
Perintah Qurán dalam Surat Ali Imron 110 benar benar beliau jiwai dan menjadi visi hidupnya.
Bahwa manusia itu harus beriman dan menghamba kepada Allah dan konsisten dalam amar makruf nahi mungkar.
Nasehat yang sering beliau sampaikan berulang ulang adalah Bener, Pener, Pinter, Kober dan Seger. Beliau menjelaskan kata kata tersebut dengan beragam tafsir inspirasi dan motivasi sebagai berikut.
Kata Bener beliau jelaskan bahwa Qurán dan sunnah itu sudah benar kalau dijadikan pedoman hidup manusia.
Pener adalah harus seimbang antara dunia dan akherat. Selanjutanya untuk menjadi Pinter harus banyak membaca.
Kata Kober dijelaskan bahwa untuk amar makruf nahi mungkar memang harus meluangkan waktu. Jadi orang tidak boleh egois hanya memilih aman tidak berani ambil resiko dalam berdakwah.
Dan yang terakhir beliau berpesan agar bisa berjuang amar makruf nahi mungkar, maka harus Seger, artinya harus mempunyai badan yang sehat.
Beliau menjelaskan 5 kata tersebut dalam tafsir yang dapat dijadikan pegangan kehidupan dalam rangka amar makruf nahi mungkar.
Sebagai generasi penerus dan juga dzurriyatnya dapat melanjutkan apa yang menjadi spirit, cita cita beliau. Amiin.
(sumber : https://garisatas.com/2023/10/20/belajar-kehidupan-dari-mbah-syuaib-musthofaalm/)