Mengurangi hal-hal yang tidak penting dalam hidup adalah langkah penting menuju kehidupan yang lebih tenang, fokus, dan bermakna.
Banyak hal yang tanpa kita sadari menyita waktu, energi, dan pikiran kita, padahal sebenarnya tidak begitu penting untuk kebahagiaan dan kemajuan hidup.
Dalam Islam diajarkan di antara tanda baiknya seorang muslim adalah ia meninggalkan hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Waktunya diisi hanya dengan hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya. Sedangkan tanda orang yang tidak baik islamnya adalah sebaliknya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat” (HR. Tirmidzi )
Dalam hadits Al Husain bin ‘Ali disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ قِلَّةَ الْكَلاَمِ فِيمَا لاَ يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah mengurangi berbicara dalam hal yang tidak bermanfaat” (HR. Ahmad )
Islam juga melarang umatnya bersikap berlebihan dala segala hal. Rosulululloh bersabda:
“Makanlah, minumlah, bersedekahlah dan berpakaianlah tanpa israf (berlebih-lebihan) dan tanpa takabur (sombong).” (HR. Bukhari)
Dalam Al-Qur”an juga melarang sifat boros dan menghindarkan hal mubadir dalam segala hal.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27).
Di era digital ini, teknologi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, semua orang semua umur, mengandalkan perangkat digital untuk berbagai hal dan juga untuk menghibur diri.
Namun, penggunaan teknologi yang berlebihan juga dapat memberikan dampak yang negatif bagi penggunanya. Inilah yang mendorong semakin banyak orang yang sadar untuk melakukan digital detox, yaitu upaya sadar untuk mengurangi penggunaan Handphone guna meningkatkan kesejahteraan mental.
Melakukan digital detox dapat memberikan banyak manfaat yang luar biasa, baik untuk kesehatan mental maupun fisik. Hal hal yang terjadi di dunia maya yang orang sering lakukan adalah :
1. Pengejaran Pengakuan dan Validasi Orang Lain
Terlalu sering kita melakukan sesuatu hanya untuk mendapatkan pujian, persetujuan, atau pengakuan dari orang lain, baik di media sosial maupun di kehidupan nyata. Ini bisa membuat kita kehilangan diri sendiri dan merasa tidak cukup, karena kebahagiaan kita bergantung pada pandangan orang lain yang bisa berubah-ubah.
2. Membandingkan Diri dengan Orang Lain
Di era media sosial, sangat mudah untuk terjebak dalam perangkap membandingkan diri dengan “sorotan” kehidupan orang lain. Kita sering lupa bahwa apa yang ditampilkan di media sosial hanyalah bagian kecil dan seringkali sudah dikurasi dengan sempurna. Perbandingan ini hanya akan memicu rasa iri, tidak aman, dan kurang bersyukur atas apa yang kita miliki.
3. Kekhawatiran Berlebihan tentang Masa Depan yang Belum Terjadi
Wajar untuk merencanakan masa depan, tapi berlarut-larut dalam kekhawatiran dan ketakutan akan hal-hal yang belum tentu terjadi hanya akan menguras energi dan membuat kita tidak bisa menikmati momen sekarang. Fokuslah pada apa yang bisa Anda kendalikan saat ini.
4. Terlalu Banyak Komitmen dan “Ya” untuk Semua Hal
Seringkali kita merasa tidak enak untuk menolak ajakan atau permintaan, sehingga berakhir dengan jadwal yang padat dan komitmen yang terlalu banyak. Ini membuat kita kelelahan, stres, dan tidak punya waktu untuk diri sendiri atau hal-hal yang benar-benar kita prioritaskan. Belajar berkata “tidak” adalah keterampilan yang penting.
5. Koleksi Barang yang Tidak Perlu
Kita sering tergoda untuk membeli barang-barang baru yang sebenarnya tidak kita butuhkan atau gunakan. Penumpukan barang ini tidak hanya menghabiskan uang dan ruang, tapi juga bisa menambah stres dan membuat kita merasa kewalahan. Hidup minimalis mengajarkan kita untuk menghargai pengalaman daripada kepemilikan.
6. Berita Negatif dan Drama di Media Sosial/Televisi
Terlalu banyak terpapar berita negatif atau drama yang tidak relevan di media sosial dan televisi bisa memengaruhi suasana hati dan pandangan kita terhadap dunia. Penting untuk tetap terinformasi, tapi batasi konsumsi konten yang hanya memicu kecemasan atau kemarahan tanpa memberikan solusi.
7. Memegang Dendam atau Amarah Masa Lalu
Memendam dendam atau amarah terhadap seseorang atau suatu kejadian di masa lalu hanya akan menyakiti diri sendiri. Memaafkan (bukan berarti melupakan atau membenarkan) adalah langkah untuk melepaskan beban emosional dan bergerak maju.
8. Perfeksionisme yang Berlebihan
Mengejar kesempurnaan dalam segala hal seringkali menjadi penghalang untuk memulai atau menyelesaikan sesuatu. Perfeksionisme bisa memicu penundaan, kecemasan, dan rasa tidak puas yang terus-menerus. Terkadang, “cukup baik” sudah lebih dari cukup.
9. Mengurusi Urusan Orang Lain yang Tidak Relevan
Terlalu fokus pada kehidupan, keputusan, atau masalah orang lain yang tidak ada hubungannya dengan kita hanya akan membuang-buang waktu dan energi. Fokuslah pada diri sendiri dan lingkaran pengaruh Anda.
Mengenali dan secara bertahap mengurangi hal-hal di atas akan memberikan ruang bagi hal-hal yang benar-benar penting dan berkontribusi pada kebahagiaan dan kesehatan mental.