Oleh: Ustadz Dr. Ghofar Ismail, S.Ag., MA. – Disampaikan pada Pengajian Ahad Legi PCM Bantul, 26 Oktober 2025

(Bantul) – Pagi ini, Ahad Legi, 26 Oktober 2025, udara di Bantul terasa sejuk dengan langit mendung dan hujan gerimis yang turun perlahan. Meski cuaca kurang bersahabat, semangat jama’ah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bantul tidak surut untuk menghadiri Pengajian Ahad Legi yang rutin digelar di Masjid AR. Fakhrudin Bantul Yogyakarta sejak pukul 06.00 hingga 07.15 WIB.
Dengan suasana teduh dan penuh kekhusyukan, pengajian dibuka dengan lantunan tilawah Al-Qur’an, sebelum kemudian Ustadz Ghofar Ismail menyampaikan tausiyah bertema “Penciptaan Manusia dan Jalan Kemudahan bagi Orang Beriman.”

“Kemudian Allah memudahkannya.” (QS. Al-Lail: 7)

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari dua unsur utama: jasad (raga) dan ruh (jiwa). Kedua unsur ini membentuk apa yang disebut an-nafs, yaitu diri manusia secara utuh, yang memiliki kemampuan berpikir, merasa, dan berkehendak.

Dalam hadits shahih riwayat Bukhari, Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa setiap manusia diciptakan melalui proses yang menakjubkan:
40 hari pertama berbentuk nuthfah (air mani), kemudian ‘alaqah (segumpal darah), lalu mudhghah (segumpal daging). Setelah itu, Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menetapkan empat perkara: amal, rezeki, ajal, dan nasib (bahagia atau sengsara).

Manusia : Sinergi antara Jasad, Ruh, dan Akal

Manusia memiliki komponen penting:

  • Jasad yang menjadi wadah fisik.
  • Ruh sebagai penggerak spiritual.
  • Fuad (akal) dan Qalb (hati) sebagai pusat kesadaran dan pengendali moral.
  • Pancaindra sebagai alat penerima informasi dari alam sekitar.

Ketika semua unsur ini selaras dan digunakan untuk mencari ridha Allah, manusia akan mencapai tingkat nafs mutmainnah – jiwa yang tenang, bahagia, dan sehat (happy, healthy, integrity, smart).

Tingkatan Nafs : Cermin Perjalanan Spiritual

Dalam diri manusia, terdapat tiga tingkatan nafs (jiwa):

  1. Nafs Ammarah, yaitu jiwa yang condong pada keburukan dan hawa nafsu.
  2. Nafs Lawwamah, yaitu jiwa yang mulai sadar, menyesali kesalahan, dan berjuang memperbaiki diri.
  3. Nafs Mutmainnah, yaitu jiwa yang tenang, tunduk, dan bahagia dalam ketaatan kepada Allah.

Manusia dituntut untuk terus melakukan mujahadah — perjuangan menundukkan hawa nafsu agar mencapai ketenangan sejati. Kesungguhan inilah yang menjadi kunci kemudahan dan keberhasilan hidup.

Jalan Kemudahan : Untuk Siapa?

Allah SWT berjanji dalam Al-Qur’an bahwa kemudahan (yusra) diberikan kepada:

  • Orang yang beriman dan beramal shalih “Barangsiapa beriman dan beramal shalih, maka baginya balasan terbaik.” (QS. Al-Kahfi: 88)
  • Orang yang bertaqwa dan teguh dalam kebaikan “Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. Ath-Thalaq: 4)
  • Orang yang mau berbagi dan menolong sesama “Barang siapa memudahkan urusan orang mukmin di dunia, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, kemudahan bukanlah hadiah tanpa usaha, melainkan hasil dari keimanan, ketulusan, dan pengorbanan untuk menempuh jalan yang sulit menuju ridha Allah.

Mujahadah: Jalan Menuju Kesuksesan

Allah tidak menyamakan orang yang bersungguh-sungguh berjuang di jalan-Nya dengan yang duduk berdiam diri:

“Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka atas orang-orang yang duduk (tidak berjuang) dengan derajat yang tinggi.”
(QS. An-Nisa: 95)

Kesungguhan inilah yang disebut mujahadah – perjuangan penuh pengorbanan. Orang yang mau menghadapi kesulitan, berjuang dengan ikhlas, dan menempuh jalan kebaikan, dialah yang akan memperoleh kemudahan dan keberhasilan (al-falah, al-muflih).

Menanam Karakter, Menuai Takdir

Ustadz Ghofar Ismail mengingatkan bahwa kehidupan manusia dibentuk oleh kebiasaan yang terus ditanam:

Tanam pikiran, raih perbuatan;
Tanam perbuatan, raih kebiasaan;
Tanam kebiasaan, raih watak;
Tanam watak, raih nasib.

Artinya, perubahan besar dalam diri dan masyarakat tidak dimulai dari luar, tetapi dari pola pikir dan kebiasaan baik yang terus ditumbuhkan.
Inilah proses spiritual dan sosial yang diharapkan lahir dari insan beriman — pribadi yang berjuang, sabar, ikhlas, dan selalu berbuat untuk sesama.

Penutup: Membangun Asa dan Semangat Berjuang

Melalui kajian bertema “Penciptaan Manusia dan Jalan Kemudahan”, Ustadz Ghofar Ismail mengajak jamaah Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bantul untuk memperdalam pemahaman tentang diri, memperkuat iman, dan meneguhkan semangat perjuangan di jalan Allah.

Semoga kita semua menjadi bagian dari orang-orang yang diberi kemudahan, bukan karena menghindari kesulitan, tetapi karena menempuh kesulitan dengan sabar dan iman. (ashd)

ashadi

By ashadi

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *