Indonesia, dengan populasi muslim yang besar, menyimpan potensi zakat yang luar biasa. Pada tahun 2025, potensi zakat diestimasi mencapai angka fantastis, Rp327 triliun. Sebuah harapan besar untuk pemerataan kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan. Namun, ibarat oase di tengah gurun, realitas pengumpulan zakat masih jauh dari harapan. Baru sekitar Rp41 triliun yang berhasil direalisasikan, sebuah jurang yang menganga antara potensi dan kenyataan.

Kementerian Agama (Kemenag) sendiri menaruh asa dengan menargetkan peningkatan pengumpulan zakat nasional sebesar 10% pada tahun ini. Jika potensi zakat ini dapat dioptimalkan, dengan asumsi kesadaran berzakat yang tinggi, maka secara teoritis jika dipukul rata setiap warga negara Indonesia yang berjumlah 284,44 juta jiwa, maka berpotensi menerima sekitar Rp1,1 juta per jiwanya. Lebih jauh lagi, jika dikaitkan dengan data kemiskinan tahun 2024 yang berjumlah 25,22 juta jiwa, maka setiap individu miskin berpotensi menerima hingga Rp12,9 juta per jiwa. Sebuah angka yang fantastis dan menggambarkan betapa dahsyatnya peran zakat dalam menanggulangi masalah sosial dan ekonomi bangsa.

Sayangnya, potensi yang begitu besar ini belum sepenuhnya diimbangi dengan kesadaran masyarakat, terutama dari kalangan berada. Fenomena flexing kekayaan di media sosial, pamer kemewahan tanpa diiringi kesadaran untuk berbagi melalui zakat, menjadi ironi tersendiri. Padahal, di sekitar kita, contoh nyata pengelolaan zakat yang efektif telah hadir dan memberikan dampak signifikan.

Di Bantul, Kantor Layanan Lembaga Amil Zakat Infaq Sedekah Muhammadiyah (KL Lazismu) Bantul Kota menjadi bukti nyata bagaimana dana zakat dapat berdaya guna. Pada tahun 2024, lembaga ini berhasil mengelola dana sebesar Rp1,9 miliar. Bahkan di bulan Ramadan 1446 H (2025 M) ini, amanah dana yang terkumpul mencapai Rp990 juta. Dana tersebut disalurkan melalui berbagai program yang menyentuh langsung kebutuhan masyarakat, mulai dari program kesehatan, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, hingga program sosial kemanusiaan dan dakwah.

Sebagai gambaran konkret, pada tahun 2024, Rp148 juta dialokasikan untuk layanan ambulans yang sangat dibutuhkan masyarakat. Program ransum lansia, yang memberikan makan siang gratis kepada 580 lansia di wilayah Cabang Bantul, menyerap dana sebesar Rp188 juta dalam setahun. Sektor pendidikan pun tak luput dari perhatian dengan alokasi dana mencapai Rp175 juta. Ini hanyalah sebagian kecil dari berbagai program yang dijalankan oleh KL Lazismu Bantul Kota.

Keberhasilan KL Lazismu Bantul Kota menjadi cerminan bahwa jika potensi zakat diiringi dengan kesadaran yang kuat, kesejahteraan masyarakat bukan lagi sekadar mimpi. Lembaga ini tidak hanya mengelola dana, tetapi juga membuka layanan konsultasi zakat dan memastikan penyalurannya tepat sasaran kepada mereka yang berhak menerima.

Kini, saatnya kita merenungkan kembali esensi dari ibadah zakat. Lebih dari sekadar kewajiban ritual, zakat adalah instrumen keadilan sosial dan ekonomi yang memiliki potensi besar untuk mengubah wajah bangsa. Meningkatkan kesadaran berzakat, terutama bagi mereka yang memiliki kelebihan harta, adalah kunci untuk mengoptimalkan potensi triliunan rupiah ini. Mari bersama-sama membangun kesadaran dan bergerak nyata, sehingga potensi zakat di tahun 2025 tidak hanya menjadi angka di atas kertas, namun menjelma menjadi kesejahteraan yang dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk konsultasi zakat bisa menghubungi amil KL Lazismu Bantul Kota di nomor 087807547007

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *