Muhasabah adalah meneliti perbuatan kita pada masa lalu dan masa kini, apakah ia merupakan perbuatan baik atau perbuatan buruk. Dengan muhasabah diri, perbuatan baik pada masa lalu bisa ditingkatkan pada masa depan, baik kualitasnya maupun kuantitasnya.

Dengan muhasabah, perbuatan buruk pada masa lalu tidak perlu diulangi pada masa yang akan datang. Maka dengan muhasabah, hari esok kita akan lebih baik, di dunia juga di akhirat Insya Allah SWT. Sahabat Umar Ibnul Khaththab r.a. berkata:

حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا

Hitunglah (amal) diri kalian semua sebelum kalian semua dihisab.

Melanjutkan ungkapan sahabat Umar Ibn al-Khattab, Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha Dimyati mengutip kitab Ihya Ulumiddin menjelaskan,

وَفِي الْإِحْيَاءِ فَمَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبُ خَفَّ فِي الْقِيَامَةِ حِسَابُهُ وُحُضِرَ عِنْدَ السُّؤَالِ جَوَابُهُ وَحَسُنَ مَنْقَلَبُهُ

Dijelaskan dalam kitab ihya, barangsiapa menghitung-hitung amaliah dirinya sebelum dihisab, akan diringankan hisabnya di hari kiamat, dimudahkan dalam menjawab pertanyaan (malaikat), dan akan menempati tempat terbaik (Sayyid Bakri bin Muhammad Syatha Dimyati, Kifayatul Atqiya, Indonesia: Daru Ihya, hal. 16).

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 18,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Hasyr ayat 18)

Ada tiga hal yang harus dibiasakan agar kita menjadi pribadi yang gemar bermuhasabah.

Pertama, timbang-timbanglah sebelum kita berucap dan berperilaku dalam keseharian kita.

Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah Allah SWT ridha dengan ucapan dan perilaku kita? Apakah ucapan dan perilaku kita akan membawa keselamatan di akhirat atau tidak?”

Kedua, renungkan apa yang sudah kita lakukan dengan usia, masa muda, harta, dan ilmu kita?

Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan bergerak telapak kaki Ibnu Adam pada hari kiamat hingga ia ditanya tentang lima perkara: Umurnya untuk apa dihabiskannya, masa mudanya untuk apa dipergunakannya, hartanya dari mana diperolehnya dan dibelanjakan untuk apa, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.(HR Imam Turmudzi).

Ketiga, berhias diri untuk hari penampakan amal yang besar. Allah SWT berfirman: Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang tersembunyi (bagi Allah).(QS al-Haqqah: 18).

Dengan cara apa kita berhias? Berakhlak baik, menjaga kemuliaan akhlak. Muhasabah diri adalah puncak kesadaran tertinggi untuk terus menata pergerakan hidup, memperbaiki kesalahan, memohon ampunan Allah, dan gemar melakukan kebajikan.

Karena di hari penghisaban kelak, setiap amal kebaikan dan amal keburukan yang dilakukan pasti akan diperlihatkan dan mendapatkan balasan atas setiap perbuatannya (QS az-Zalzalah: 7-8).

Wallahu a’lam bissawab.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *