Setiap pagi, saat akan berangkat kerja atau berkativitas lainnya mungkin sebagian dari kita merasakan betapa padat dan semrawutnya jalanan. Ketergesaan seringkali membuat kita lupa akan pentingnya adab dan etika, termasuk dalam berkendara. Kita mungkin menjumpai pemandangan yang kurang mengenakkan, seperti pengendara motor yang dengan santainya menyalip dari kiri, mobil yang tiba-tiba berbelok tanpa memberi isyarat lampu sein, atau bahkan aksi ngebut dan membahayakan pengguna jalan lain. Lebih jauh lagi, kita mungkin melihat pengendara yang membunyikan klakson secara berlebihan tanpa alasan yang jelas, seolah jalanan ini hanya milik pribadinya.
Islam, sebagai agama yang sempurna, mengatur setiap aspek kehidupan kita, tak terkecuali adab dalam berinteraksi dengan sesama di jalan raya. Rasulullah SAW bersabda:
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَا يَسْتَقِيْمُ اِيْمَانُ عَبْدٍحَتَّى يَْتَقِيْمَ قَلْبُهُ وَلَا يَسْتَقِيْمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ لِسَانُهُ. وَلَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ حَتَّى يَأْمَنَ جَارُهُ بَوَائِقَهُ.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak lurus iman seorang hamba sehingga lurus pula hatinya. Dan tidak lurus hatinya sehingga lurus lisannya, dan ia tidak masuk surga sehingga tetangganya aman dari bahayanya (kecelakaan yang ditimbulkan olehnya).” (HR. Ahmad).
Hadis ini mengajarkan kita untuk selalu menjaga lisan dan perbuatan kita agar tidak menyakiti orang lain. Bagaimana implementasinya dalam berkendara?
Pertama, Menjaga Keselamatan Diri dan Orang Lain. Dalam Islam, menjaga nyawa adalah salah satu tujuan utama syariat (maqashid syariah). Berkendara dengan ugal-ugalan, menerobos lampu merah, atau melawan arah adalah bentuk ketidakpedulian terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain.
Kedua, Menghormati Hak Pengguna Jalan Lain. Jalan raya adalah fasilitas umum yang digunakan bersama. Setiap pengguna jalan memiliki hak untuk merasa aman dan nyaman. Oleh karena itu, kita wajib menghormati hak-hak mereka dengan tidak bersikap egois. Memberikan isyarat lampu sein saat akan berbelok atau berpindah jalur, tidak memotong jalan secara tiba-tiba, dan menjaga jarak aman adalah wujud dari penghormatan ini. Dalam semangat persaudaraan Islam, kita diajarkan untuk mengutamakan kepentingan orang lain sebagaimana kita mengutamakan kepentingan diri sendiri.
Ketiga, Bersabar dan Menahan Diri. Kemacetan dan situasi jalanan yang tidak menentu seringkali menguji kesabaran kita. Islam mengajarkan kita untuk bersabar dan menahan amarah. Membunyikan klakson secara tidak perlu, berkata kasar, atau melakukan tindakan agresif tidak hanya mencerminkan akhlak yang buruk, tetapi juga dapat memicu konflik dan membahayakan keselamatan. Rasulullah SAW bersabda:
وقال أبو هريرة قال النبي صلى الله عليه و سلم لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرْعَةِ وَإِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَه عِنْدَ الغَضَبِ
“Abu Hurairah RA berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda, ‘Seseorang disebut sebagai kuat perkasa bukan karena duel. Orang yang kuat perkasa ialah orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah,” (HR Al-Bukhari nomor 6114 dan Muslim nomor 2609).
Keempat, Mengikuti Peraturan Lalu Lintas. Peraturan lalu lintas dibuat untuk menciptakan ketertiban dan keamanan bersama. Sebagai seorang muslim yang taat, kita hendaknya mematuhi peraturan tersebut sebagai bentuk ketaatan kepada pemimpin yang adil dan upaya untuk mencegah terjadinya kemudharatan. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berkemajuan tentu sangat menekankan pentingnya ketertiban dan kepatuhan terhadap aturan yang berlaku demi kemaslahatan umat.
Mari kita jadikan setiap perjalanan kita sebagai ladang pahala. Dengan mengedepankan adab dan etika Islam dalam berkendara, kita tidak hanya menjaga keselamatan diri dan orang lain, tetapi juga menunjukkan citra seorang muslim yang santun dan bertanggung jawab. Jangan pernah lupa untuk senantiasa membaca basmallah dan doa ketika akan bepergian, agar Allah SWT selalu melindungi kita, serta semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita petunjuk dan kekuatan untuk menjadi pengguna jalan yang berakhlak mulia.
Aamiin ya rabbal ‘alamin.