Setiap detik, menit, dan hari adalah  kesempatan yang baik untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal ini kita dituntut untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan melakukan hal-hal yang positif. Waktu sangat mahal harganya, bahkan lebih mahal dari dunia beserta seisinya.

Kesalahan dalam mengelola waktu bisa berakibat kerugian besar dalam kehidupan dunia dan akherat . Sebaliknya, keberhasilan di dalam mengelola waktu, niscaya akan berhasil di dunia dan akhirat.

Salafus sholeh  pernah berpesan,

اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا

“I’mal lidunyaaka ka-annaka ta’isyu abadan, wa’mal li-aakhiratika ka-annaka tamuutu ghadan.”

Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.

Ungkapan ini menegaskan bahwa Islam adalah agama yang tidak menafikan persoalan dunia, tapi sekaligus memerhatikan urusan akhirat.

Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan,

إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.

innama anta ayyam ma’dudah Fa Idza dhahaba yaumuk, dzahaba ba’duk. Wa yusyka idza dhahabal ba’d an yadzhab al-kull.

Engkau laksana hari-hari yang terkumpul dalam satu tempat,  jika lewat harimu, maka lewat pula sebagian jiwamu,  dan jika harimu terus lewat, maka habis pula jiwamu.

Imam Syafii mengatakan

الوَقْتُ سَيْفٌ، فَإنْ قَطَعْتَهُ وإلّا قَطَعَكَ، ونَفْسُكَ إنْ لَمْ تَشْغَلْها بِالحَقِّ وإلّا شَغَلَتْكَ بِالباطِلِ

Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.(Al Jawabul Kafi 1/156)

Waktu adalah bagian yang tak terpisahkan dengan manusia dan alam semesta seisinya. Segala yang ada di dunia ini ditentukan oleh waktu, yang ada awalnya dan ada akhirnya. Jika waktu yang kita miliki tidak digunakan untuk kebaikan, pasti waktu tersebut akan terbuang sia-sia.

Ada yang membagi waktu terbagi dalam  3 dimensi,  masa lalu, masa kini dan masa depan.  

Saat masa kini, Orang orang malah memikirkan masa lalu dan masa depan. Masa lalu bisa berupa memori indah, memori trauma, penyesalan. Masa depan bisa dalam bentuk kehawatiran atau imajinasi sesuatu yang membuat kita bergairah. Jadi sebenarnya masa lalu hanyalah memori, masa depan hanyalah sebuah imajinasi. Kita hidup pada masa kini yang harus diisi dengan kebaikan.

Para fisuf membagi waktu menjadi waktu subyektif dan waktu obyektif. Waktu subyektif merupakan waktu yang dirasakan manusia di dalam batinnya. Lama dan sebentarnya waktu yang dirasakan sangatlah subyektif.

Sedangkan, waktu obyektif merupakan periodesasi waktu seperti yang tertera di dalam jam dan kalender.

Waktu adalah nikmat yang nyata bagi umat manusia. Namun, kebanyakan manusia lalai terhadap waktu yang Allah berikan sehingga yang ada hanyalah waktu berlalu tanpa makna. Banyak waktu yang terbuang sia-sia.  Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ، اَلصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

 “Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata: ‘Nabi saw bersabda: ‘Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu (lalai) padanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR al-Bukhari).

Mari kita renungkan juga apa yang dikatakan oleh seorang ulama besar Syekh Hasan Al-Bashri berikut ini:

الدُّنْيَا ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ: أَمَا أَمْسِ فَقَدْ ذَهَبَ بِمَا فِيهِ، أَمَا غَدٌ فَلَعَلَّكَ لَا تُدْرِكُهُ، وَالْيَوْمُ لَكَ فَاعْمَلْ فِيهِ

“Dunia ini hakikatnya hanya tiga hari (saja): Kemarin, yg tidak akan pernah kembali. Besok, yg belum tentu engkau temui. Dan hari ini, itulah milikmu, Maka (segeralah) engkau beramal.”

Semoga kita bisa menjadi manusia yang selalu memanfaatkan waktu. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

Berita Terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *